Mata Ketiga #6

Halo semuanya! Kalau part yang lalu aku cerita mengenai hunian baruku (maaf ya, belum bisa melanjutkan part hunian baru karena belum ada peristiwa seru yang bisa ditulis…), part #6 ini aku akan cerita dengan latar belakang kampusku, yang notabenenya adalah salah satu kampus negeri di Depok.

Yap, aku merupakan salah satu sarjana Sastra yang lulus tahun 2013 lalu. Di part kali ini, aku akan cerita sedikit mengenai beberapa kisah menarik yang pernah aku alami saat masih menjadi mahasiswa ‘jaket kuning’. Kok beberapa sih? Soalnya terlalu banyak hal-hal yang ‘nggak enak’ di kampus ini dan sudah banyak juga orang yang cerita mengenai ‘mereka-mereka’ yang tinggal di sini. Mulai aja yuk…

Sebagai mahasiswa baru, aku harus mengikuti serangkaian kegiatan yang diwajibkan oleh pihak kampus (walaupun pada akhirnya aku tahu bahwa kegiatan ini sebenarnya tidak diwajibkan juga). Mulai dari ospek yang mengharuskan mahasiswa baru (maba) untuk tiba di kampus pukul 6 pagi, sampai serangkaian kegiatan yang membuat kami, maba, pulang tengah malam, yang membuatku sudah cukup terbiasa dnegan suasana kereta terakhir dari Depok menuju Jakarta.

Waktu menunjukkan pukul 09.30 malam. Aku saat itu harus berlari dari salah satu gedung terbesar di kampusku, tempat dimana wisuda biasa digelar, untuk mengejar kereta terakhir pukul 10.00 malam. Selesai dengan kegiatan latihan teater di sini, bergegas aku lari menuju stasiun kereta. Saat itu suasana kampus sudah sangat sepi. Hal ini karena pada malam hari, setelah maghrib, sudah sangat jarang mahasiswa yang lalu-lalang di sini. Mereka akan lebih memilih untuk lalu-lalang di jalan utama. Jalur dari gedung ini ke stasiun memang cukup gelap dan sepi karena tidak ada gedung perkuliahan di sekitarnya. Keramaian baru terlihat saat kamu sudah berada di jalur utama dekat stasiun.

Kulangkahkan kakiku semakin cepat. Stasiun kereta sudah mulai dekat. Suara palang kereta api saat kereta api akan melintas mulai terdengar. Semakin cepat kulangkahkan kakiku.

“Huffttt… Akhirnya sampai juga,” ujarku.

Sesampainya di peron kereta, mulai kusadari bahwa saat itu calon penumpang kereta menuju Jakarta sangat sepi. Bisa dihitung dengan jari tanganmu bahkan. Berbeda dengan calon penumpang yang berada di peron seberang yang akan menuju Bogor. Masih cukup ramai rupanya.

“Tingtong… Jalur dua dari arah selatan segera masuk kereta terakhir tujuan Jakarta Kota. Bagi penumpang yang akan naik, harap mempersiapkan diri” ujar petugas stasiun. Aku bersiap-siap untuk naik. Saat keretaku melintas, kulihat kereta sangat sepi. Aku memilih untuk duduk di gerbong kedua dari depan. Gerbong yang kutempati hanya diisi oleh beberapa orang saja. Sangat sepi dan hening.

Satu per satu stasiun kulewati. Dan tibalah aku di stasiun dengan nama kampus swasta di wilayah Tanjung Barat. Kulihat ada seorang perempuan naik. Perempuan ini duduk di arah depan serong kanan dari tempat dudukku. Tidak ada yang aneh pada awalnya. Hingga kusadari kalau perempuan ini selalu melihat ke arahku dengan bibirnya yang tersenyum.

Dengan kemeja putih dan rok denim yang warnanya sudah sedikit pudar, dan rambut panjang yang terurai. Perempuan ini duduk di seberangku. Ia terlihat seperti seorang mahasiswa. Wajahnya juga cukup manis. Benar-benar tidak ada yang aneh. Kecuali…..pandangan dan senyumnya tersebut.

Tingkahnya ini membuatku sempat salah tingkah. Kukira ia adalah salah satu teman kampusku, tadinya. Tapi kusadari bahwa beberapa hari ini kami memakai pakaian yg sudah ditentukan oleh pihak kampus. Dan hari jadwalnya mengenakan baju batik dan celana hitam. Jadi, jelas dia bukan anak kampusku. “Terus dia siapa ya?” pikirku.

Tiga stasiun setelah perempuan yang tadi naik, ada seorang perempuan lagi naik. Dan …………. DIA TEPAT DUDUK DI TEMPAT PEREMPUAN ANEH TADI DUDUK DAN SEKEJAP PEREMPUAN ANEH TERSEBUT HILANG!

Perasaanku langsung campur aduk saat itu. Entah bagaimana dua orang yang berbeda duduk di bangku yang sama, dan tiba-tiba salah satu dari mereka hilang! Sekujur tubuhku dingin seketika dan sangat lemas. Ini di luar dugaanku. Berarti… berarti… perempuan aneh yang tersenyum padaku itu… bukan… bukan… manusia??????

One thought on “Mata Ketiga #6

Leave a comment